SELAMAT DATANG DI BLOG AMBURADUL SAYA YANG BISA BIKIN PUSING, PUYENG, BINGUNG, DAN BISA BUAT ORANG JADI GILA

Jumat, 11 Maret 2011

[FANFIC] THE LAST GOOD BYE

Title: THE LAST GOOD BYE (oneshot)
Author: Meru Ame Gazerock Deluhist LPU F.O.L
Rating: PG 14+
Genre: Drama romance kegaringan, yaoi? * -___-a masuk kategori yaoi gak ya? <(_ _)> mohon bimbingannya…*
Pairing: RUKI x TORA
Fandom: J-rocker (visual kei, The Gazette, Alice Nine)
Disclaimer: Ruki adalah sobat saya. Dan Tora adalah abang saya… *ngaku-ngaku* Sedangkan Satoshi “Girugämesh” adalah suami saya…  FF ini kayaknya asli bikinan saya deh. Jika terdapat kesamaan judul, mangap ma’ap kan saya. Karena ini sama sekali tidak disengaja kalau ada judul yang mirip. Gak nemu judul yang lebih oke lagi sih!


Senja yang kosong menundukkan ku disini. Berharap ada sebuah bintang jatuh di telapak tanganku yang mulai membeku. Musim dingin kali ini terasa begitu hampa. Membawa memoriku kembali pada tiga tahun yang lalu. Di jam,tempat,dan tanggal yang sama.
-------- Tiga tahun lalu-------
            Aku menatap langit yang  mulai menjejak malam.. Perlahan butiran salju turun menerpa wajahku. Kau tak juga datang, bahkan tak secepat salju yang datang lebih awal.  Rasanya tiga jam menunggu disini cukup untuk membuatku marah padamu. Sungguh membosankan. Apa kau lupa bahwa hari ini tepat setahun hari jadi kita. Apa kau tau? Sebentar lagi aku akan mati membeku kalau terus berada disini. Akupun  bersiap beranjak dari tempatku ketika dari kejauhan tampak sesosok orang yang tak asing lagi bagiku.
“ Maaf aku terlambat,Ruki” katanya dengan nafas terengah-engah
“ Darimana saja kau! Kenapa kau lama sekali?!” geramku dan ingin sekali ku mencakar wajahnya.
Dia menggenggam tanganku, “tanganmu dingin sekali. Pasti kau telah lama menungguku.”
Aku menarik tanganku dari genggamannya. Tapi dia malah mencengkeram lenganku dan menarikku dalam pelukannya. Erat sekali. Ada yang bergemuruh dalam hatiku. Aku ingin marah, tapi aku bingung untuk meluapkannya. Akhirnya aku hanya bisa membiarkan diriku larut dalam pelukan dan membenamkan wajahku dalam dadanya. Dan diapun mengecup hangat keningku.
“Kimi dake wo aishiteru…. Tora” ucapku…
Setelah itu dia mengeluarkan sesuatu dari balik saku mantelnya. Sebuah kotak kecil berwarna merah.
“ Untukmu” dia menyerahkan kotak itu padaku.
Kubuka perlahan penutupnya, didalamnya terlihat  sebuah benda yang memantulkan warna senja yang indah.
“Apa ini?” tanyaku penuh keheranan
“Mungkin kau heran kenapa aku memberimu hadiah ini. Ini memang tidak semahal berlian. Bahkan tidak cukup untuk membeli sekaleng minuman. Tapi aku hanya ingin kau tau makna di balik hadiah ini.”jelasnya
Ku menatap lekat ke dalam matanya. Sorot matanya tajam, itulah alasan kenapa aku begitu menyukainya dulu. Sedetik kemudian dia hanya tersenyum. Aku semakin tak mengerti apa yang dimaksudkannya.
Dia mengusap rambutku,” bagiku kau seperti benda ini.”
Aku mengernyitkan dahiku tanda tak mengerti.
“ Kau belum mengerti maksudku?” aku menggeleng
“Kau itu mungil. Persis seperti benda ini. Kau lihat nilai nominalnya? Disitu tertera angka satu. Itu menandakan bahwa kaulah satu-satunya  yang mampu membangkitkan semangatku, ketika aku dalam keadaan terpuruk sekalipun. Kau satu-satunya bintang yang mampu menerangi hidupku yang kacau. Satu-satunya orang yang menempati ruang hampa dalam hatiku. Dan satu-satunya yang mampu memeluk dan menghangatkan jantungku ketika tubuhku diselimuti keputus asaan.” Jelasnya.
            Salju turun semakin lebat, dan kami terbuai alunan senandung sang malam. Aku semakin mendekapkan diri erat dalam hangat tubuh orang  yang kucintai. Aku menutup mata… meresapi suasana yang begitu nyaman ketika berada di pelukannya. Aku telah melupakan kemarahanku.  Dan kugenggam erat hadiah pemberiannya… sebuah koin usang. Yang entah dari mana kau memperolehnya. Bahkan aku tak tahu itu mata uang dari Negara apa. Yang jelas… malam ini aku benar-benar bahagia…
----------------------------------------------------------
Pandanganku  kosong, semakin lama udara disini terasa semakin dingin. Ingin rasanya kumenangis. Tapi sepertinya  air mataku lebih dahulu membeku. Sesak sekali rasanya. 
Aku menyusuri jalan setapak di sebuah taman kecil. Masih terasa kau berjalan bersamaku. Bergandengan tangan mengusir semua kesepian  ini. Namun sekarang kau hilang dari sisiku. Aku merindukanmu. Sungguh ku merindukanmu…
-------Dua tahun lalu-------
Di jalan ini….. lagi-lagi kau mengulang kebiasaanmu… datang terlambat.  Kenapa kau suka sekali membuatku menunggu? Padahal kau tau kalau aku anti-menunggu.  Tapi sepertinya kau memang sengaja melakukannya hanya untuk menguji kesabaranku.
Satu jam kemudian kau datang dengan sepeda motormu itu.  Ya… motor…
“Hei apa kau tak mengerti? Aku sudah berulang kali mengingatkan mu kalau aku tak suka naik motor ini!” aku langsung memarahinya.
“Aku tahu itu” jawabnya tanpa beban
“ Lalu kenapa kau tetap saja membawa benda ini!”
“ Karena benda inilah yang telah berjasa mempertemukan kita. Tanpa sengaja benda  ini menabrak pagar rumahmu. Apa kau masih ingat itu?”  dia tertawa.
Aku tak menghiraukannya.
“hei… tersenyumlah sedikit..” pintanya
Aku tetap menekuk wajahku.
“Baiklah, lain kali aku tak akan memakai motor ini lagi. Besok-besok, aku akan membawa pesawat terbang. Eh… o.oa tapi… kalau aku mengendarai pesawat terbang, dimana aku akan mendaratkannya ya?”
“ehm..” aku tertawa  kecil melihat ekspresinya.
Kau tersenyum simpul melihatku. Kau membuat jarak antara wajah kita hanya terpaut sekitar lima centi. Dekat sekali… Tanpa sadar, bibir kitapun saling menyatu dalam keheningan yang mendamaikan hati. Sekali lagi kau mampu meredam amarah dalam diriku.  
----------------------------------------------------------------------
Sore menjelang…  masih segar ingatanku tentang dirimu yang kini jauh dari genggamanku. Langkah kakiku berat menuju di sebuah jalan yang sering aku lewati dulu. Sebuah jalan yang mampu mendebarkan jantungku sepanjang ku  melewatinya. Jalan menuju rumahmu. Setiap aku menjejakkan kakiku setiap itu pula semakin berat dan sesak langkahku ini.
Bulir air mata terasa hangat mengalir jatuh dari mataku. Setahun lalu, saat dimana kita terbelenggu dalam pertengkaran besar. Saat aku mengetahui kenyataan yang begitu menyakitkan. Kau selingkuh di belakangku. Dengan sahabatku sendiri. Kita bertikai yang berujung pada suatu hal yang tak aku inginkan sama sekali. Aku kehilangan dirimu untuk selamanya. Ya… selamanya…
----------Satu tahun lalu--------
            Pukul 16:43 tanggal 8 Maret 2010. Aku berdiri di depan rumahmu. Berhadapan dengan dirimu dengan linangan air mata.
“KENAPA!” aku berteriak kepadamu walaupun ku tahu suaraku tak dapat keluar sepenuhnya.
“Apa maksudmu! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia!” bantahmu.
“Aku melihatnya sendiri! Kau bermesraan dengan sahabat karibku!”
“Ruki!!! Sudah kubilang kalau aku tak ada hubungan apa-apa dengannya! Cuma sebatas teman! Tidak lebih!!! Percayalah padaku! Hanya kau yang ku cinta dan ku sayangi!!! Aku mencintaimu Ruki!!!”
Aku tambah terisak, “KAU! KAU BOHONG! Aku melihat kau bercumbu mesra dengannya! Apa itu yang kau sebut dengan sebatas teman!”
“KAU SALAH MENGERTI RUKI!” kau balik membentakku….
Salah mengerti? Bagaimana bisa kau sebut salah mengerti?!
------- Pukul 10:00 tanggal 7 Maret 2010------
            Entah kenapa hari ini aku ingin bertemu dengan sahabatku. Bercerita tentang banyak hal seperti biasa. Bagai sebuah buku novel, di otakku sudah terangkai banyak cerita. Shou…. Ya dialah sahabatku sejak dari kami masih duduk di bangku sekolah dasar.
            Diiringi lagu kesukaanku, Inochi No Ki *girugämesh*. Aku memarkirkan mobilku di depan rumahnya. Tapi sepertinya ada yang aneh dari halaman rumah Shou. Ku melihat ada sebuah motor yang sangat familiar bagiku. Terparkir di samping taman bunga kecil kesayangannya. Entah kenapa aku begitu yakin kalau itu adalah motor kekasihku, Tora. Semoga saja perkiraanku salah.
            Aku mengangkat tanganku bersiap untuk mengetuk pintu, tapi segera ku urungkan niatku ketika kusadari pintu rumah Shou tidak menutup dengan sempurna. Dengan lancang, kakiku memasuki ke dalam rumahnya. Seperti terhipnotis, aku berjalan ke arah ruang tamu. Dan disana…
            Bumi terasa berputar. Kepalaku bagaikan ditimpa berton-ton pemberat. Mataku terasa panas dan tetes demi tetes air mata beriring membanjiri pipiku. Pemandangan di depanku membuatku terpaku. Sebuah adegan pengkhianatan yang mampu membungkam langkahku. Menghambat laju darahku. Di ruang tamu itu… sahabatku bercumbu mesra dengan kekasihku. Mereka… Tora dan Shou. Dan yang paling menyakitkanku adalah… tak ada sehelai benangpun yang menutupi badan mereka.
“Lain kali, tutup dan kunci rapat pintu rumahmu!” ujarku terbata.
“RUKI!” kalian berdua terkejut melihatku.
Tak dapat kubendung lagi amarahku. Aku bergegas pergi dari tempat itu. Meninggalkan “KEKASIHKU YANG SETIA” dan “SAHABATKU YANG TAK PERNAH BERKHIANAT”, yang tampak sibuk menutupi tubuh mereka ketika melihatku. Aku berlari menuju mobilku dengan hati dan jantungku yang telah hancur…. 
----------------------------------------------------------------------
8 Maret 2010… aku lelah bertengkar denganmu yang tak juga mau mengaku. Walaupun aku melihat dengan mata kepalaku sendiri,  kau tetap menyangkalnya. Seharusnya aku tak berada di tempat ini jika hanya menambah sakit hati dan perasaanku. Tak tahan lagi, dalam benakku yang terpikir hanya lari darimu sekarang.
Aku berlari menjauh darimu… Tak kuhiraukan dirimu yang mengejarku.  Aku terus berlari dan berlari. Tapi percuma… kau masih tetap bisa mengejarku. Kau meraih lenganku, mencengkeramnya dengan erat agar aku tak dapat pergi lagi. Kita berdua terpaku di jalan itu.
“Gomenasai” ucapmu
“It’s too late to apologize, Tora! It’s too late!”
Ya… sudah terlambat untuk mengucap maaf. Setelah apa yang terjadi… untuk beberapa menit kita terdiam membisu, sampai dari arah yang berlawanan. Sebuah mobil melaju kencang… kita berdua tak bergerak sama sekali. Tetap terpaku sampai….
-----------------------------------------------------------------------------
            Perlahan ku buka kedua mataku. Aku berada di sebuah tempat yang asing bagiku. Putih… semua sudut ruangan itu diselimuti oleh warna putih. Dan kudapati  diriku terbaring di sebuah tempat tidur. Disebelahku, terlihat Tora terbaring lemah. Dia koma…
            Air mataku menetes tanpa kusuruh. Entah dapat kekuatan dari  mana, tiba-tiba aku dapat beranjak dan berjalan menuju tempat dimana Tora terbaring. Aku tak mau kehilangan dia! Aku belum sanggup kehilangan dia!
“TORA!” aku mencoba memanggilnya dengan harapan agar dia mau membuka matanya…
Gagal…
Ku coba menggenggam tangannya. Namun aku terkejut… aku tak dapat menyentuhnya. Apa yang terjadi! Aku bingung! Sekali lagi kucoba untuk menyentuhnya. Gagal! Tora seperti sebuah ilusi. Tak dapat kusentuh. Kulihat ke belakang… akupun terduduk lemas. Aku melihat sesosok manusia yang sangat aku kenali. Sosok itu adalah diriku sendiri…. Bagaimana bisa?
Lalu iringan suara isak tangis begitu menyeruak telingaku. Kulihat pintu kamar dibuka, kemudian masuklah sekumpulan orang yang tak lain orang  tuaku dan orang tua Tora. Mereka histeris… apalagi melihat orang tuaku. Mereka memeluk tubuhku erat. Ku coba memanggil dan menyentuh mereka. Tapi sepertinya mereka tidak dapat merasakan sentuhanku, apalagi mendengar suaraku… 
-----------------------------------------------------------------------
------------Hari ini---------------
“Sumimasen,  Ruki” kau tertunduk di  samping pusaraku.
Butiran air matamu jatuh menerjang bumi, berlomba dengan rintik hujan yang baru saja datang.  Ya… aku tahu kau begitu menyesal, begitupun diriku.
Ingin ku ucapkan kalimat ‘SELAMAT TINGGAL’ untuk yang terakhir kali. Tapi ku tahu itu percuma saja… Aku sudah terlambat untuk mengucapkannya. Kau tak dapat merasakan kehadiranku…. Walaupun kita saling merindu satu sama lain…
“Bersama rintik hujan…
Kau disini tertunduk dan  menangis…
Linangan itu tak dapat membuatku kembali…
Tidak untuk sekarang ataupun esok…
Sebuah kalimat yang tertinggal…
Terlambat untuk ku ucap…
SELAMAT TINGGAL…”
-------------------------------O~W~A~R~I--------(   ︠Д︡  )-------------------
Note:    ︠□︡   YOSH…. akhirnya selesai juga nih fanfic. Dan ternyata gue emank gak ada bakat buat cerita yang romantic rematic gitu ya! Mau nyoba bikin fanfic yang genrenya drama romance, jadinya malah kayak gini. Satu kata buat fanfic ini… ANCUUUURRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR --- > harus banyak R nya, biar ada nuansa dramatisir *atau lebay?*. Sebenernya nih belum layak tayang, tapi gak apa-apa deh. Namanya juga baru belajar… baru kali ini bikin fanfic yang ada gelas sendok pairingnya. Ruki ma Tora :D…. Gomen kalo gak enak dibaca…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita bercuap-cuap sejenak... asal sesuai aturan..
No SARA ya.. thank you... :D